Trauma, Depresi, dan Ujian Hidup: Menghadapi Cobaan dengan Kesabaran dan Iman
Annisa Eka Nurfitria,M.Sos_____Dalam hidup, setiap individu pasti pernah menghadapi ujian atau cobaan yang datang dalam berbagai bentuk, seperti kehilangan orang yang kita cintai, bencana alam, atau peristiwa tragis lainnya. Di tengah situasi seperti ini, tidak jarang kita merasa kehilangan arah, tertekan, atau bahkan jatuh ke dalam jurang depresi. Fenomena ini bukanlah hal yang asing, terutama dalam konteks situasi yang mempengaruhi banyak orang sekaligus, seperti yang kita lihat di Gaza saat ini. Korban yang berjatuhan, penderitaan yang tak terhingga, dan ketidakpastian masa depan menambah beban mental yang semakin berat.
Di Gaza, konflik yang berkepanjangan telah menyebabkan ribuan jiwa melayang. Mereka yang selamat sering kali terjebak dalam trauma mendalam, kehilangan keluarga, rumah, dan masa depan yang penuh harapan. Dalam beberapa pekan terakhir, gambar-gambar memilukan dari korban yang tewas dan terluka menghiasi media internasional. Anak-anak yang menjadi korban, tubuh mereka yang rusak akibat serangan udara dan serangan darat, menjadi gambaran betapa kejamnya realitas hidup yang mereka jalani. Keadaan ini menambah ketegangan mental dan psikologis, baik bagi para korban langsung maupun bagi masyarakat internasional yang menyaksikan penderitaan ini.
Satu gambar yang begitu menyentuh adalah seorang anak yang kehilangan orang tuanya, menangis di tengah puing-puing rumahnya yang hancur. Gambaran seperti ini memunculkan rasa cemas dan kesedihan mendalam, tidak hanya bagi keluarga yang terdampak, tetapi juga bagi kita yang berada jauh dari mereka, yang hanya bisa menyaksikan ketidakadilan dan kekejaman yang terus berlangsung. Trauma yang dialami oleh anak-anak Gaza sangat mendalam, dengan gangguan psikologis yang tidak hanya berlangsung dalam waktu singkat, tetapi dapat bertahan sepanjang hidup mereka.
Bagi mereka yang mengalami trauma akibat kekerasan atau bencana besar, perasaan cemas, takut, dan kehilangan arah sering kali muncul. Trauma adalah respons psikologis terhadap peristiwa yang sangat menekan atau mengancam keselamatan, baik fisik maupun emosional. Kondisi ini sering kali disertai dengan rasa cemas, takut, dan bahkan perasaan tidak berdaya yang berlarut-larut. Dalam konteks ini, banyak orang, terutama mereka yang menjadi korban kekerasan atau bencana, merasa terperangkap dalam kenangan pahit yang sulit untuk dilupakan.
Seiring berjalannya waktu, trauma yang tidak ditangani dengan baik bisa berkembang menjadi gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan yang lebih serius. Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa gangguan mental seperti depresi kini semakin umum dialami oleh banyak orang di seluruh dunia. Menurut WHO, lebih dari 300 juta orang di dunia mengalami depresi. Ini adalah angka yang mencengangkan, mengingat banyak orang yang tidak menyadari betapa besar dampak emosional dari peristiwa yang mereka alami.
Di Gaza, jumlah korban jiwa dan luka-luka terus meningkat, dan hal ini menciptakan gelombang kesedihan yang mendalam di kalangan keluarga yang kehilangan anggota mereka. Banyak dari mereka yang tidak hanya kehilangan orang yang mereka cintai, tetapi juga rumah, pekerjaan, dan segala sesuatu yang mereka perjuangkan dalam hidup mereka. Keadaan ini semakin memperburuk kondisi psikologis mereka, terutama dengan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental yang memadai.
Depresi, seperti trauma, bukanlah sekadar perasaan sedih atau kecewa yang sementara. Ini adalah kondisi serius yang dapat memengaruhi cara seseorang berfikir, merasa, dan bertindak. Perasaan putus asa yang dialami penderita depresi bisa mengarah pada penurunan kualitas hidup yang signifikan, bahkan dalam beberapa kasus, dapat memicu tindakan yang berbahaya seperti bunuh diri. Di Gaza, situasi yang penuh ketidakpastian dan kekerasan ini dapat menjadi pemicu utama munculnya perasaan tertekan dan putus asa yang lebih intens.
Namun, sebagai umat Islam, kita diajarkan bahwa setiap ujian hidup adalah kesempatan untuk memperkuat iman dan kembali mendekatkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)
Ayat ini memberikan harapan bagi setiap orang yang tengah menghadapi kesulitan. Tidak ada kesulitan yang datang tanpa adanya jalan keluar. Allah mengajarkan kepada kita bahwa dalam setiap cobaan, pasti ada keberkahan yang menyertai, meskipun terkadang kita sulit untuk melihatnya.
Salah satu cara untuk mengatasi trauma dan depresi adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan berdoa, berzikir, dan memperbanyak amal ibadah, kita dapat menemukan ketenangan hati. Dalam ayat lain, Allah berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ketenangan hati yang dimaksud dalam ayat ini sangat penting dalam proses pemulihan dari trauma dan depresi. Ketika kita menghadapi kesulitan, kita bisa merasakan kekuatan dalam berdoa dan menyerahkan segala urusan kita kepada Allah. Ini bukan berarti kita menyerah pada keadaan, tetapi lebih kepada mempercayakan segala takdir kepada-Nya dengan penuh ketenangan dan kepasrahan.
Selain itu, penting juga untuk mendapatkan dukungan sosial dari keluarga, teman, atau bahkan tenaga profesional yang bisa membantu dalam proses penyembuhan. Tidak jarang, mereka yang mengalami trauma merasa terisolasi dan terasing dari lingkungan sekitar, sehingga rasa kesepian menjadi semakin membebani mereka. Oleh karena itu, dukungan dari orang-orang terdekat sangat dibutuhkan.
Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk saling membantu dan memberi dukungan kepada sesama. Ini tercermin dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
“Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan umat Islam, maka dia bukan bagian dari umat Islam.” (HR. Bukhari)
Dengan saling mendukung, kita bisa membantu meringankan beban orang lain yang tengah menghadapi kesulitan. Terlebih, dalam situasi seperti yang terjadi di Gaza, di mana banyak orang yang kehilangan keluarga dan rumah mereka akibat konflik, sangat penting bagi kita untuk memberikan dukungan, baik melalui doa, bantuan materi, maupun kesediaan untuk mendengarkan dan memberikan semangat.
Di tengah cobaan hidup, kita sering kali merasa hilang arah dan tidak tahu harus kemana. Namun, kita harus ingat bahwa setiap ujian yang datang adalah bagian dari perjalanan hidup yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan sabar, tawakal, dan terus berusaha mendekatkan diri kepada-Nya, kita bisa menemukan kekuatan untuk bangkit kembali. Semoga Allah senantiasa memberikan kita ketenangan hati dan kekuatan untuk melewati segala ujian hidup.
Referensi:
https://www.who.int/news/item/30-03-2017–depression-let-s-talk-says-who-as-depression-tops-list-of-causes-of-ill-health