Yesus dalam al-Qur’an dan Riwayat
Alamsyah__ Sebagaimana yang diyakini umat islam, Isa al-Masih adalah salah satu nabi Ulul Azmi. Artinya, kedudukan Sang Logos Tuhan ini sangat tinggi di sisi-Nya. Umat islam diwajibkan meneladaninya dan mengikuti ajaran-ajaran mulianya. Sebagaimana umat islam diwajibkan mengikuti ajaran Ibrahim as dan nabi-nabi lainnya. Imam Ali Khamenei pernah berkata, “Kedudukan Yesus di mata umat islam tidak lebih rendah dari apa yang diyakini umat kristen.” Dengan kata lain, Yesus Kristus bukan cuma milik umat kristiani saja, tapi juga milik umat islam. Dengan demikian, bagi seorang muslim, mengenal kepribadian agung Isa sang Ruhullah adalah suatu kemestian.
Nah, sebelum melihat bagaimana al-qur’an dan riwayat Ahlulbayt memperkenalkan Putra Maryam ini, mari kita lihat dulu etimologi Yesus Kristus dan Isa Al-Masih. Apakah Yesus dan Isa bermakna sama? Atau dua kata tersebut tak saling berkaitan? Sehingga Yesus bukanlah Isa, dan Isa bukanlah Yesus?
Etimologi Yesus Kristus dan Isa Al-Masih
Dalam Kristen, tokoh besar yang sedang dibicarakan ini bernama Yesus. ‘Yesus’ yang digunakan di dalam Perjanjian Baru berasal dari bahasa Latin-Yunani Ἰησοῦς (Iēsous), yang berasal dari bentuk Ibrani יְהוֹשֻׁעַ (Yehoshua`). Oleh karena itu, nama tersebut masih berkaitan dengan akar kata verba konsonantal bahasa Ibrani y-š-ʕ (artinya: menyelamatkan) dan kata benda bahasa Ibrani yešuaʕ (penyelamat).[1] Singkat kata, Yesus, dalam bahasa Ibrani, bermakna penyelamat. Bagaimana dengan Isa (عیسی)? Apakah kata tersebut murni bahasa Arab, atau mu’arrab (serapan dari bahasa lain)?
Dalam kitab Aqrabul Mawarid, lafaz Isa disebut berasal dari bahasa Ibrani atau Suryani. Isa (عیسی) berasal dari yasu’ (یسوع) yang merupakan bahasa Ibrani. Dalam tafsir al-Mizan, Allamah Thabathaba’i menjelaskan bahwa asli kata عیسی adalah یشوع (yasyu’) yang bermakna penyelamat. [2] Satu hal yang jelas, nama Yesus dalam kristen dan Isa dalam islam, sejatinya merujuk pada satu pribadi, meskipun terdapat perbedaan-perbedaan, yang sebagiannya fundamental.
Hal ini –kesamaan makna, juga terdapat dalam kata Kristus dan Al-Masih. Kristus adalah salah satu gelar bagi Mesiah, sang penyelamat bagi bangsa Yahudi. Yesus disebut kristus, karena orang kristen menganggap beliau adalah Mesias yang dinubuatkan dalam taurat, Alkitab kanonikal Yahudi. Meskipun, semasa hidupnya, Yesus ditolak oleh para rabi Yahudi. Kata Kristus berasal dari bahasa Yunani “Christos” (Χριστός) yang berarti “yang diurapi”, artinya dituangi minyak di kepalanya. Pengurapan biasa dilakukan di kalangan bangsa Israel sebagai tanda bahwa orang yang diurapi itu mendapatkan jabatan atau kedudukan khusus.[3] Sedangkan al-Masih (المسیح), menurut Ayatullah Makarim Syirazi, secara bahasa bermakna “yang diurapi dengan minyak.” Sedangkan menurut istilah, al-masih adalah laqab (gelar) yang diberikan kepada juru penyelamat bangsa Yahudi.[4]
Dengan penjabaran sederhana ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk tak ragu akan kesamaan pribadi dari nama Yesus Kristus dan Isa Al-Masih. Isa dalam al-qur’an adalah Yesus putra Maria yang berasal dari Nazareth. Pemuda suci yang bangkit melawan kezaliman sehingga disalib –menurut kristen, atau diangkat ke langit –menurut islam.
Yesus dalam al-Qur’an
Nama Isa ‘alaihis salam disebutkan sebanyak 25 kali dalam al-qur’an. Sedangkan laqab-nya disebutkan 13 kali. Al-qur’an menjelaskan banyak sisi dari kehidupannya yang penuh keajaiban.
إِذْ قَالَتِ الْمَلآئِکَةُ یَا مَرْیَمُ إِنَّ اللّهَ یُبَشِّرُکِ بِکَلِمَةٍ مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِیحُ عِیسَى ابْنُ مَرْیَمَ وَجِیهًا فِی الدُّنْیَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِینَ
“(Ingatlah), ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (logos; firman) dari-Nya (yaitu seorang putra), namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).”[5]
Kelahiran Nabi Isa as.
Al-qur’an memberikan perhatian yang cukup terkait kelahiran manusia luar biasa ini. Dalam surat Maryam, dengan segala keindahannya, Allah swt mengabadikan proses kelahirannya. Dimulai dengan kisah ibunya, Sayyidah Maryam as:
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,
maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.
Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”.
Ia (Roh itu) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”.
Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”
Roh itu berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.”
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.
Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.”
Maka Roh itu menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.”
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.”[6]
Sampai di sini, al-qur’an mulai menjelaskan siapa diri Putra Maria itu. Dalam lanjutan ayat di atas, Allah swt. berfirman:
“Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?”
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.[7]
Demikianlah kisah kelahiran Isa as. yang direkam oleh al-qur’an. Tentu ada hal penting yang ingin ditekankan Tuhan dalam kisah yang cukup detail itu.
Mukjizat-mukjizat Yesus Sang Logos Tuhan
Sebagai utusan Tuhan, Isa as. juga memiliki banyak mukjizat. Mukjizat yang paling pertama bagi Isa adalah kemampuan berbicara di masa bayi, sebagaimana yang telah tertera dalam ayat di atas. Disamping mukjizat itu, al-qur’an juga mencatat beberapa mukjizat Yesus. Di antaranya:
Dilahirkan tanpa ayah. Satu-satunya manusia yang dilahirkan tanpa ayah adalah Yesus Kristus. Allah swt. berfirman,
“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” maka jadilah sesuatu itu.”[8]
Di dalam ayat yang lain, Allah swt. menjelaskan beberapa mukjizat lain Nabi Isa, dengan suatu penekanan yang menarik.
“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; Dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; Dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.”[9]
Sebagaimana yang dilihat, Yesus senantiasa menyandarkan mukjizat-mukjizatnya kepada izin Allah (باذن الله).
Putra Maryam dalam Riwayat
Dalam kitab-kitab rujukan, terdapat banyak riwayat yang membicarakan nabi dari Nazareth itu. Di antaranya:
Imam Ali bin Abi Thalib, dalam menjelaskan kepribadian Isa, berkata, “Dia tak memiliki harta yang membuatnya sibuk. Tidak memiliki kepentingan yang membuatnya rendah. Kendaraannya adalah kedua kakinya. Pembantunya adalah tangannya…”[10]
Diriwayatkan dari Abu Abdillah as. bahwa suatu hari Isa as melewati sebuah desa yang penduduknya telah lama meninggal… Beliau lantas berkata, “Wahai penduduk desa ini!” Salah satu dari mereka menjawab, “Labbaik, wahai Ruh dan Kalimat Tuhan!”
Beliau as. lantas berkata, “Celakalah kalian! Apa amal kalian dahulu?”
“Menyembah thagut dan mencintai dunia.”
“Bagaimana cara kalian menyembah thagut?”
“Kami menaati para pendosa.”[11]
Pada suatu hari, Isa as berkata kepada hawariyyun (apostolos), “Aku punya permintaan atas kalian. Jika kalian berjanji akan menjalankan, akan aku katakan permintaan itu.” Para sahabat dekat Isa itu berkata, “Apapun yang kau perintahkan akan kami kerjakan.” Isa as lalu mulai berjalan dan mencuci kaki satu per satu para sahabat itu. Mereka merasa sungkan, tapi mereka telah berjanji akan mengabulkan permintaan pemimpin mereka itu. Mereka hanya diam menerima kenyataan bahwa Isa sedang membersihkan kaki mereka. Ketika Nabi Isa as telah selesai mencuci kaki para sahabat setianya itu, hawariyyun berkata, “Kau adalah guru kami. Semestinya, kami yang mencuci kakimu, bukan kau yang mencuci kaki kami.”Putra Maryam itu lantas berkata,
“Aku melakukan ini untuk menjelaskan kepada kalian bahwa ‘Alim (orang arif) lah yang paling pantas berkhidmat kepada sesama. Aku melakukan ini, supaya aku menjadi tawadhu’ dan kalian mempelajari tawadhu’.”
Beliau kemudian berpesan, “Setelah aku, kalian bakal menjadi orang yang mendidik dan mengayomi masyarakat. Jadikanlah tawadhu’ dan khidmat kepada masyarakat sebagai jalan hidup kalian. Sesungguhnya, hikmat (kebijaksanaan) hanya tumbuh di hati yang tawadhu’ (rendah hati), bukan di jiwa yang sombong. Sebagaimana pohon hanya tumbuh di tanah lembah yang lembut, bukan di tanah pegunungan yang gersang.”[12]
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Yesus_(nama)#cite_note-4
[2] Tafsir Al-Mizan, Jil. 3, hal. 193
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Kristus
[4] https://makarem.ir/main.aspx?typeinfo=42&lid=0&mid=322451&catid=29374
[5] Ali Imran:45
[6] Maryam:16-28
[7] Maryam:29-33
[8] Ali Imran:59
[9] Ali Imran:49
[10] Nahjul Balaghah, khutbah ke 160
[11] Alburhan fi Tafsiril Qur’an, jil. 5. Hal. 741
[12] Dastan-e Rastan, Murtadha Muthahhari, jilid 1, hal. 233-234