Hati Sufistik Perspektif Rumi
Hati Sumber Kehidupan dan Keabadian
Orang yang “merawat” hatinya adalah orang yang dapat menjaga kesehatannya dan masa mudanya, sehingga ia menjadi pemuda yang kuat yang terwujud cita-citanya; orang yang memperhatikan hatinya dan memperbaiki pendidikannya akan menjadi pemuda yang memiliki jiwa yang kokoh yang aktif dan dinamis serta akan selalu berbahagia. Oleh karena itu, Anda harus memperhatikan hati sehingga Anda tetap awet muda dan bergairah serta akan tampak cahaya yang mengiasi wajah Anda laksana bunga yang baru mekar.
Sesunggguhnya taman dunia tidak akan panjang kehidupannya dan ia tidak selamat dari berbagai gangguan hama dan penyakit, namun taman hati akan selalu tampak indah dan menghasilkan buah. Taman duniawi sangat lambat pertumbuhannya dan sangat cepat kehancurannya, sedangkan taman hati sangat cepat perkembangannya dan sangat lambat kebinasaannya. Bangunan fisik akan segera mengalami kefanaan dan kehancuran, sehingga yang bersangkutan akan menjerit dengan penuh penyesalan, sedangkan bangunan hati akan selalu tampak menawan dan memberikan hasil yang memuaskan sehingga pemiliknya akan selalu bergembira.
Keunikan Hati
Jalaluddin ar-Rumi telah menunjukkan kepada kita tentang keadaan hati dan kedudukannya yang mulia dalam kehidupan manusia serta apa yang dikandungnya dari berbagai keajaiban dan kekayaan.
Beliau menyebutkan bahwa manusia membawa dalam dirinya suatu taman yang makanannya langgeng dan selalu mengalami musim semi, dan bahwa ia membawa dalam tubuhnya yang kecil alam yang lebih luas daripada alam meteri ini, yang dengannya ia tidak perlu takut kepada musuh dan dengannya ia tidak akan ditembus oleh pencuri.
Beliau berkata: Sesungguhnya hati adalah negeri yang makmur lagi aman dan benteng kokoh serta taman yang diberkati, dimana kenikmatannya tidak akan habis dan mata airnya tidak akan kering: “Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.” (QS. Ibrahim: 25)
Kemudian beliau melanjutkan: Hendaknya kamu tidak tertipu dengan hati (jantung), ia bukan organ yang berdebar di dadamu dan di dalamnya berkumpul berbagai syahwat dan ambisi. Bukanlah termasuk hati sesuatu yang tidak merasakan cinta dan tidak mengenal makna yakin serta tidak memiliki kerinduan.
Apakah Anda mengetahui kuburan kaum Yahudi?
Hati yang tidak merasakan yakin dan tidak digerakkan oleh angin cinta yang sepoi-poi adalah bukan hati, namun ia adalah potongan batu atau kayu. Ia sempit dan gelap seperti kuburan kaum Yahudi; ia tidak mendapatkan cinta raja yang pengasih; ia tidak akan bersinar dan bercahaya dan tidak akan meluas.
Kesamaan verbal
Hati yang mati ini dan hati yang hidup hanya terdapat kesamaan verbal dan kemiripan dalam fisik, sebagaimana air yang mengalir di mata air yang jernih dan sungai yang mengalir dinamakan air. Begitu juga yang bercampur dengan tanah dan lumpur serta dilihat di rawa-rawa dinamakan air. Namun yang pertama dapat memuaskan dahaga dan menyucikan pakaian, sedangkan yang kedua tidak dapat menyucikan tangan dan tidak mampu menghilangkan kotoran dari pakaian.
Hati amanat Allah
Engkau mengatakan: Hatiku, hatiku! Apakah kamu mengetahui bahwa hati termasuk amanat langit.
Sesungguhnya tanah liat mengandung air namun kamu tidak mungkin membasuh kedua tanganmu dengannya, meskipun di dalamnya ada air tapi kadar tanah dan lumpurnya jauh lebih banyak. Janganlah mengira bahwa sesuatu yang berdebar di dadamu adalah hati. Sesungguhnya hati lebih tinggi daripada langit yang tinggi, seperti hari para nabi dan orang-orang yang terpilih (manusia suci—pen.) Adapun hati Bani Adam ia adalah sesuatu yang menyerupai hati, bukan hati yang sesungguhnya. Hati yang pertama memikul amanat dan menjaganya serta melaksanakan haknya dengan benar, sedangkan hati yang kedua cenderung menyia-nyiakan amanat dan meremehkannya. Jadi, jika kamu mengatakan: Hatiku, hatiku, maka perhatikanlah apa yang kamu katakan!
Berhati-hatilah dari putus asa
Setelah beliau memberikan penjelasan yang tepat tentang hati, beliau ingin menghibur pembacanya dan tidak ingin menyakiti hatinya dimana beliau mengatakan: Sesungguhnya barangmu yang tidak diminati lagi oleh seseorang dan tidak dibeli oleh pembeli telah diterima oleh Yang Maha Mulia dan Maha Dermawan dan telah dibeli-Nya. Sebab, Dia tidak pernah menolak satu hati pun karena Dia tidak menginginkan keuntungan.
Dari lambung ke hati
Kemudian beliau menasehati pembacanya, agar melepaskan diri dari sangkar materi ini yang dinamakan dengan lambung, lalu terbang ke langit-langit hati yang luas serta menyingkap keajaiban ciptaan Allah SWT dan merasakan kenikmatan rohani. Beliau berkata: Sesungguhnya lambung dan penyembahan materi adalah hijab (penutup) yang tebal antara kamu dan Tuhanmu. Bila kamu telah menghilangkan penutup ini maka tidak ada lagi hijab antara kamu dan Dia, sehingga kamu dapat melewati batas lambung dan mencapai hatimu, lalu kamu mendapatkan penghormatan Zat Yang Maha Pengasih tanpa ada hijab.