Henas: Pertempuran Nurani Istri VS Suami (Seri 1)
MM- Henas adalah judul film drama realis Iran yang disutradari Hossein Darabi. Film kisah nyata seorang ilmuan nuklir Iran, Dariush Rezainejad, yang dibunuh oleh agen Mossad, 23 juli 2011.
Skenario film digarap oleh Ehsan, Saghafi Mahdieh Einollahi berbasis penuturan istri Dariush, Sohreh Pirani. Produser Mohammadreza Shafah. Dibintangi, Merila Zarei (Sohreh Pirani), Behrouz Shoeibi (Dariush Rezainejad), Vahid Rahbani (Farhad), Siavash Tahmoures (Dr. Saqiyan). Sinematografi dipegang Majid Gorjiyan. Editor Siavash Kordjan. Musik Fardin Khalatbari. Diproduksi oleh Soureh Cinema Foundation. Di release 1 februari 2022 pada acara FIFF, dan 8 juni 2022 di Iran. Film ini menghasilkan biaya 1.8 milyar toman, sekitar 600 Juta Rupiah, diputar pertama kali di Festival Film Fajr ke-40 dan dinominasikan untuk Best Original Score
Film Henas berbahasa Persia. Sudah sekitar empat belas bulan usia film ini, namun penonton Indonesia yang tidak paham bahasa Persia dapat menikmati sejak 23 juli 2023 setelah diterjemahkan oleh Otong Sulaiman. Di upload di situs ikmaltv.com. Namun hingga sekarang belum berhasil di upload di youtube. Versi berbahasa Persia sudah di upload di youtube terlebih dahulu. Versi bahasa Inggris sejauh ini belum di temukan. Tulisan berikut akan mengupas Henas dari sudut pandang “naluri pergulatan cinta seorang ibu dan naluri cinta-politik kesyahidan seorang ayah”.
Agar memahami Henas dengan baik dan komprehensif, kita perlu ilmu wawasan tentang ideologi realisme-religius film Iran, punya pengalaman tinggal Iran, dan memiliki pengetahuan cara berpikir penguasa di Iran.
Apa itu Henas ?
Saya pernah di undang dalam kelas Masterclass Program FFD 2008 yang di sponsori Jan Vrijman Fund, Intenational Documentary Film Festival Amsterdam. Mentornya waktu itu Leonard Retel Hemrich (Sutradara Belanda), Curtis Levy (Sutradara Australia). Darisanalah wawasan dan skill film saya terbentuk. Keduanya sutradara film dokumenter.
Saya teringkat perkataan Curtis Levy, kunci membuat atau menilai film adalah “apa statemen anda”, sebagaimana membuat premis dalam logika, hipotesa dalam karya ilmiah dalam kalimat singkat. Anda sedang berbicara tentang apa?. Tugas sutradara dokumenter adalah memindahkan kenyataan kedalam film. Meminimalisir sebesar mungkin instrumen film mereduksi kenyataan. Sementara film cerita bertugas memperindah kenyataan dan imajinasi melalui elemen sinematik tanpa batas.
Henas adalah film cerita berbasis kenyataan. Darisinalah kenyataan direkayasa secara sinematik, jadilah cita rasa realisme film Iran. Kenyataan politik Iran (pembunuhan ilmuan Iran) direkontruksi secara sinematik berbasis drama keluarga. Munculah istilah genre bio film, romantik-politik. Perpaduan antara cinta dan politik. Cinta ala seorang ibu Iran pada level tertinggi, menjadi janda seorang syahid. Menjadi icon status sosial tertinggi di Iran.
Henas, adalah adopsi bahasa kurdi yang berarti nafas. Nafas dari wanita bernama Sohreh Pirani, istri Dariush Rezainejad. “Henasam’ atau nafasku adalah panggilan kesayangan Darius kepada istrinya, Shohreh.
Nah, Henas singkat kata, adalah film pahlawan Iran, Dariush Rezainejad dari sudut pandang seorang ibu, Sohreh Pirani. Film drama cinta seorang istri yang memiliki anak tunggal, Armita kepada suaminya. Sementara Dariush sendiri menjadi pahlawan Iran, karena berhasil dibunuh oleh agen Mossad, menjadi deret nama syuhada ilmuan Iran. Dariush menjadi tarjet serial killer para ilmuan Iran.
Darius adalah anggota tim keamanan Iran, bersama dengan Dr. Majid Shariari dan Profesor Masoud Ali-Mohammadi yang sebelumnya berhasil di bunuh oleh Mossad tahun 2010. Sementara Profesor Fereydoon Abbasi selamat. Darius sudah tahu, resiko pekerjaanya akan membawa dia menjadi seorang syuhada sebagaimana Dr. Shariari dan Profesor Ali-Mohammadi. Semua informasi itu ada dalam dialog film dan kenyataan.
Dariush menjadi tarjet operasi pembunuhan Mossad karena bekerja di kantor keamanan Iran. Peran Darius dianggap mengganggu operasi Mossad karena keahlianya menangkal serangan ke fasilitas nuklir Iran. Dalam dialog, Dr. Saqiyan, ketua tim keamanan Iran menunjukaan rekaman suara Dariush kepad Sohreh,
Dariush,
“Salam Doktor, pekerjaanku sudah selesai. Perkiraan anda benar. Mereka sudah lama mengincar bagian motor. Mereka sangat professional. Dengan izin Allah, aku berhasil memperbaikinya. Laporanya akan aku selesaikan besok. Kalau Dariush tak bekerja tadi malam, bencana besar akan terjadi di sistem keamanan kami.”
Dr. Saqiyan
“Dua ilmuan kami di terror karena telah mengganggu operasi spionasi mereka. Siapapun yang menganggu operasi mereka akan masuk daftar hitam.”
Kematian yang sudah diprediksi
Sepanjang film Henas, berkisah tentang detik detik kematian Dariush yang sudah diprediksi oleh Shohreh Pirani, bahkan Dariush sendiri. Shohreh menuruti naluri keibuanya berusaha mengubah kematian Dariush, agar keluarganya tenang dan bahagia. Membujuk Dariush agar mengundurkan diri dari pekerjaan. Berusaha mencarikan pekerjaan di tempat temenya, Suhail dan Farhad.
Sementara Dariush menolak, dan menerima resiko kematian karena nuraninya. Pada akhirnya naluri Shohreh takluk pada naluri Dariush yang bersikukuh menjemput cawan syahadah. Dialog cinta berbalut politik kesyahidan tergambar dalam dialog di balkon apartemen. Keduanya memandang anaknya, Armita dan bintang di langit.
Darius;
“Shohrer, seumur hidupku aku membaca buku. Tapi mereka makin arogan. Mereka ingin mengambil semuanya dariku. Jadi, ini bukan hanya masalah pekerjaan.
Aku putera bangsa ini. Aku tak pernah diajari untuk tunduk kepada orang yang arogan.
Jika aku sampai menyerah. Bisakah aku memandang wajahku saat bercermin?
Shohreh,… bisakah kau bayangkan Daroiush yang seperti itu?
Jika aku pergi, pasti ada yang akan menempati pekerjaanku.
Tapi aku bermimpi, ketika Armita sudah besar, ia bangga denganku. Karena aku dengan berani bertahan hingga titik terakhir. Aku tak mau mengambil keputusan ini sendirian. Untuk itu aku meminta bantuanmu. “
Sohreh
“Aku sangat mencintai Dariush yang seperti itu.
Kau bagaimana? Shohreh seperti apa yang kau cintai?”
Dariush
“Kau pasti tau jawabanya. “
Sohreh
“Kalau begitu semuanya sudah jelas.”
Dariush
“Shohreh…, kau tahu resiko apa yang sedang kau hadapi?
Yang pasti, aku ingin berjuang membesarkan Armita dengan cara terbaik.
Aku ingin, kau tetap menjadi Shohreh seperti yang kukenal 10 tahun.
Aku juga mempuanya rencana masa depan”
Nurani karakter cinta keyahidan Dariush terbentuk melalui dialog tentang masa lalu Darius dengan ayahnya.
Dariush;
“Ada empat pola bintang. Di langit seperti ini, aku tak melihat apapun.
Kau tak merindukan abdanan?”
Shohreh
“Tak mungkin melupanya. Aku malah khawatir, kita mengambil keputusan untuk tinggal di sana.”
Dariush;
“Aku memang menginginkan Armita tumbuh besar di sana.“
Sohreh
“Aku tahu.
Jangan sampai dia masuk angin.”
Dariush;
“Kau tahu model kemah di Abdanan di masa perang?”
Sohreh
“Tidak tahu. Aku hanya membayangkan yang di ceritakan ayahku.”
Dariush
“Aku ingat selama beberapa tahun, kami sempat tinggal di tenda darurat dengan bahaya bom yang terus mengancam. Saat itu, aku sedang bersekolah di SMP. Aku marah dengan ayahku yang memutuskan pergi berperang. Kubayangkan, hidup kami akan menjadi sangat sulit.
Aku anak lelaki tertua jadi pasti banyak menanggung tanggung jawab. Saat ayahku pergi, aku tunjukkan kemarahanku. Aku tak mau mengucapkan selamat jalan. Kulihat dia kembali, dia datang. Dia pegang tanganku erat erat. Dia membawaku berjalan berkeliling desa. Aku tak percaya pada penglihatanku,
Sohreh……
Hanya beberapa bulan berlalu. Kulihat semuanya sudah luluh lantak. Gang tempat kami biasa main bola. Sekolahku. Masjid, sampai disitu masih kungingat bau amis darah yang menguap. Kusaksikan banyak jenazah dengan mata terbuka tak lagi bernafas. Kawasan yang tadinya dipenuhi dengan kegembiraan permainan, berubah menjadi tempat paling mengerikan.
Aku merasa, betapa semua masa kanak-kanakku telah pergi.
Ketika sudah menunjukkan semuanya kepadaku. Ayah melepaskan tanganku. Tanpa bicara apapun, dia langsung pergi. Sampai sekarang, aku masih merasakan sentuhan jari ayah di lenganku. “