Melampaui Batas Iran
Annisa Eka Nurfitria,Lc________Imam Khomeini memainkan peran utamanya dalam memastikan Iran sebagai tiang geopolitik dengan caranya sendiri, ia dengan tegas mempertahankan posisinya serta identitas Islamnya. Warisan Imam Khomeini dalam politik internasional dan gerakan revolusioner di seluruh dunia, pertama-tama terletak pada fakta bahwa dia telah membuktikan alternatif modern dari liberalisme Barat dapat ditemukan di dalam Islam. Ia menemukan inspirasi langsung dari dalam wahyu agama kita. Ia menantang adidaya imperialis terbesar di dunia, dan menang. Ia mengilhami sebuah bangsa untuk menemukan keberanian dan berjuang bahkan di hari-hari tergelapnya, bahkan ketika tentara Saddam Hussein mengamuk di Iran juga saat terorisme yang disponsori AS membunuh banyak orang tak berdosa, ia melawan dan berkorban demi keadilan.
Sebelum Imam Khomeini, bagi banyak orang tampaknya tidak mungkin, bahwa Islam atau agama lain mana pun, dapat menjadi inspirasi gerakan revolusioner di era kontemporer, apalagi menjadi basis masyarakat modern dan maju. Sementara para filosof dan penulis Islam seperti Jalal al-e Ahmad dan Ali Shariati berargumen untuk pendekatan politik semacam ini, Imam Khomeini-lah yang menyempurnakan serta mempraktikkannya. Imam Khomeini mengungkapkan filosofi geopolitiknya dengan istilah “bukan Timur atau Barat, tetapi Republik Islam”, hal ini dapat dianggap sebagai salah satu pendukung paling awal dari apa yang saat ini dikenal sebagai tatanan dunia multipolar. Ketika kebangkitan Iran sebagai kekuatan regional bergabung dengan kebangkitan Cina dan kebangkitan Rusia pada skala dunia, dan sebagai blok kekuatan alternatif yang dibentuk untuk menantang hegemoni Barat dalam bentuk BRICS, Organisasi Kerjasama Shanghai dan Belt and Road Initiative, kita melihat datangnya sistem dunia yang tidak lagi didominasi oleh komplotan kekuatan di Washington ataupun London.
Mikhail Gorbachev, pemimpin bekas Uni Soviet, percaya bahwa gerakan Imam Khomeini mampu meninggalkan dampak besar bagi dunia. Bahkan Iran telah jauh lebih maju sejak pernyataan Gorbachev ini dibuat. Sementara di masa lalu, upaya Barat untuk mengisolasi Iran setidaknya membangkitkan Poros Perlawanan dan membuat hubungan Teheran menjadi dekat dengan negara seperti Rusia dan China yang telah sepenuhnya mematahkan cengkeraman Barat. Iran sekarang telah sepenuhnya mengambil tempat sebagai kekuatan regional.
Apa yang disebut “kesepakatan nuklir” dari JCPOA dan penarikan segera AS darinya, membuktikan betapa benar Imam dalam membuat penilaian ini. Kekuatan Barat, khususnya Amerika Serikat, berbicara dengan lidah bercabang ketika menyerukan perdamaian, koeksistensi, dan negosiasi. Pada akhirnya, yang diinginkan Barat adalah agar dunia hidup hanya menurut aturan yang telah ditetapkan oleh mereka sendiri. Tidak ada sudut pandang alternatif lain yang diperbolehkan dalam pola pikir liberal-kapitalis unipolar. Kita telah melihat berkali-kali bagaimana negara-negara yang bekerja sama dengan Barat, seperti Irak di bawah Saddam Hussein, meski hanya hidup berdampingan secara damai, seperti yang dilakukan Libya, selalu berakhir membayar harganya dengan darah.
Tentu, Barat sebagai kutub geopolitik dapat dan harus didekati dengan sikap diplomatik yang bonafide, seperti halnya setiap negara dan blok politik yang sah di dunia. Tetapi ini tidak berarti mempercayai mereka secara langsung. Membuka negara seseorang terhadap sistem nilai Barat, kepada LSM yang mendorong agenda ini, atau terhadap segala bentuk dominasi ekonomi, sosial atau militer oleh Barat, adalah sebuah jalan menuju kehancuran.
Warisan Imam Khomeini merupakan inspirasi bagi Poros Perlawanan, yang sangat penting bagi Perlawanan Islam di negara-negara seperti Palestina, Lebanon, Suriah, Irak, Yaman, dan bahkan sampai ke Nigeria. Revolusi Islam juga telah mengilhami negara, gerakan, dan pemimpin politik di seluruh dunia, banyak di antaranya bahkan bukan Muslim . Dari kaum revolusioner Bolivarian di Venezuela, hingga kaum anti-imperialis Rusia yang bangkit kembali. Filsuf politik Rusia Aleksandr Dugin juga secara terbuka mengambil inspirasi dari Iran, dan telah berulang kali memuji Republik Islam tersebut atas alternatif ideologisnya yang konsisten terhadap unipolaritas Barat.
Pendirian Republik Islam Iran, sebuah republik demokratik kontemporer dan maju yang sepenuhnya didasarkan pada agama Islam. Tetapi pencapaian itu sendiri melampaui batas negara Iran, karena telah menyatukan jutaan orang yang tak terhitung jumlahnya di seluruh dunia Islam dan Dunia pada umumnya untuk menemukan inspirasi serta pelipur lara dalam nilai-nilai fundamental agama mereka, dan dengan bangga berdiri melawan imperialisme. hegemoni juga dominasi.
Untuk memperingati 34 tahun meninggalnya Ayatollah Ruhollah Khomeini, arsitek Revolusi Islam 1979, media sosial diramaikan dengan pesan-pesan yang memberikan penghormatan kepada revolusioner terbesar dalam sejarah revolusi. Tagar seperti #ImamKhomeini dan #KhomeiniForAll telah menjadi tren di platform media sosial populer seperti Twitter, Instagram, dan Facebook. Dalam sebuah unggahan Twitter pada hari Minggu, menjelang haul Imam Khomeini, seorang pengguna mengatakan ajaran Imam “mendorong pemuda untuk berani dan tangguh dalam menghadapi tantangan”, mendesak orang untuk merangkul semangatnya dan bertahan dalam mengejar ilmu, keadilan, serta masa depan yang lebih cerah.” Bagi anak-anak muda ini Imam Khomeini merupakan pendukung setia orang-orang yang lemah dan tertindas di seluruh dunia. Dukungan untuk mereka adalah inti dari ideologi sosio-politiknya, yang kemudian juga dimasukkan ke dalam Konstitusi Iran yang menonjol saat ini dalam kebijakan luar negerinya.
Imam Khomeini sungguh telah membangun Republik Islam melampaui batas Iran. Republik islam yang ia bangun menjadi warisan lintas generasi, lintas negara juga agama. Menjadi inspirasi bagi negara-negara tertindas di dunia untuk tidak tinggal diam ketika melihat kefasikan.