Membedah dan Mendedah Konsep Wahdatul Wujud (1)
Konsep wahdatul wujud yang inti ajarannya memandang kesatuan dan segala sesuatu adalah refleksi dan manifestasi dari Wajibul Wujud
Apakah wahdatul wujud itu? Wahdatul wujud dijelaskan dalam pelbagai macam bentuk: Pertama, bahwa pada prinsipnya, tidak ada sesuatu yang berwujud atau dalam kata lain tidak ada wujud atau keberadaan selain Allah. Dan kalau toh ada maujud-maujud yang lain itu sekadar khayal dan fiksi.
Kedua, tidak ada sesuatu pun yang keluar dari zat Allah atau keluar dari keluasan ilmu Ilahi. Dengan demikian, bentuk banyak atau multi dalam kesatuan (katsrah fil wahdah) itu dapat diterima.
Ketiga, bentuk yang lain yakni yang lebih terkenal dan lebih populer adalah, bahwa salik/pejalan spiritual di puncak perjalanannya ia mencapai maqam fana’dan tidak ada sesuatu pun yang tersisa dari dirinya kecuali hanya nama.
Keempat, ada bentuk yang lebih proporsional/lebih moderat yang mengatakan bahwa salik mencapai maqam yang di situ dia tidak melihat selain Allah dan segala sesuatu melebur pada-Nya. Dengan ungkapan yang lebih tepat, ia menyaksikan bahwa segala sesuatu melebur dalam wujud Allah Swt. Sebagaimana cahaya yang lemah melebur dalam cahaya matahari.
Berkenaan dengan masalah wahdatul wujud dapat dikatakan bahwa ia adalah penafian wujud selain Allah dan penafian kemutlakan perihal banyak atau multi. Hal ini tidak hanya menafikan hukum-hukum akal tetapi juga menafikan hukum-hukum ilmu hudhuri yang terkait dengan nafs (jiwa), perbuatan-perbuatan dan interaksi-interaksinya.
Dan untuk menjawab yang demikian ini kita bisa merujuk kepada al Hikmah al Muta’aliyah Mulla Shadra, di mana di situ disinggung bahwa wujud makhluk-makhluk bila dinisbahkan kepada Allah Swt itu bersifat wujud keterkaitan dan wujud pertalian. Sehingga dapat dikatakan bahwa hakikat pertalian dan hubungan dan makhluk itu sama sekali tidak memiliki independensi dan apa yang didapatkan oleh seorang arif adalah ia menafikan kemerdekaan (independensi) dari seluruh makhluk, dimana ia menamakan itu sebagai penafian wujud hakiki.
Berkaitan dengan wahdatul wujud yakni wujud yang disaksikan adalah wujud yang khusus atau wujud yang independen yang itu terkait dengan Allah Swt. Dan secara toleransi itu diungkapkan sebagai wujud hakiki, sehingga demikian, wujud hakiki dari seluruh makhluk itu ternafikan.
Penolakan Terhadap Konsep Wahdatul Wujud
Allamah Ayatullah Tehrani dalam masalah ini mengatakan: Mereka yang menolak atau memprotes terhadap konsep wahdatul wujud, pada hakikatnya mereka belum mengetahui maknanya dengan baik.
Wahdatul wujud dengan tauhid yang merupakan prinsip syariat Ilahi dan khususnya agama Islam yang lurus itu satu makna. Wahdat itu merupakan mashdar dari bab lazim dan mujarrad, sedangkan tauhid mashdar bab muta’addi dan mazid. Allahu akbar wa la ilaha illallah, maknanya adalah hakikat yang besar.
Para urafa yang telah mencapai maqam syuhud dan kasyaf tauhid mengatakan bahwa dalam alam wujud tidak ada selain Allah Swt, yakni wujud-Nya itu menguasai segala sesuatu dan meliputi segala sesuatu karena wujud-Nya demikian luas dan menguasai sehingga tidak ada wujud yang lain yang dapat bereaksi di hadapan-Nya. Wujud Aqdas, Allah Swt membuat segala sesuatu tunduk dan merendah serta fana’ di hadapan-Nya.
Segala maujud di hadapan zat-zat-Nya tidak memiliki wujud. Semua yang ada pada makhluk adalah manifestasi dan batasan-batasan dan asal wujud maujud itu terkait dengan Allah Swt di mana semua itu diungkapkan dengan sebutan shamadiyah, mashdariyah, dan mansya’iyah.
Makna demikian ini bila kita pahami dengan benar maka maksud dari kata takbir dan kata tahlil yang tiap hari dalam tiap salat kita ucapkan, seyogiyanya kita sering mengucapkannya dan meyakini konsekuensinya. Tetapi orang-orang yang kurang berpengetahuan salah memahami konsep wahdatul wujud ini sehingga wahdat itu dipahami oleh mereka sebagai hulul dengan Allah dan ittihad (menjadi satu), dimana ini merupakan sumber atau penyebab syirik dan dualisme. Hal yang demikian ini terjadi karena rendahnya atau kedangkalan memahami makrifat-makrifat Islam, dan jauhnya dari sumber-sumber hakikat.
Wahdatul wujud merupakan konsep filosofis yang paling besar, paling agung, dan paling rumit serta yang paling penuh misteri. Dan untuk memahaminya bukanlah pekerjaan yang mudah, manusia harus berusaha menghabiskan umurnya secara keilmuan dan amal sehingga ia bisa memahami hakikat wahdatul wujud dan ini adalah termasuk hal yang rahasia, wahdatul wujud mengatakan bahwa selain Tuhan itu tidak ada apa-apa. Tentu terdapat perbedaan besar ketika kita mengatakan segala sesuatu adalah Allah atau kita mengatakan selain Allah tidak ada sesuatu. Wahdatul wujud mengatakan selain zat muqaddas Allah yang merupakan wajibul wujud ‘alal ithlaq, tidak ada wujud di alam ini.
Wujud yang independen itu hanya ada satu dan dia mencakup seluruh maujud dan tidak ada satu biji atom saja yang keluar dari ruang lingkup wujudnya. Ketika anda melihat bahwa sesuatu itu memiliki suatu wujud yang independen, maka independensi ini berangkat dari kebutaan dan ketidaktahuan Anda. Maujud yang independen hanyalah Dia. Seluruh makhluk maujudnya adalah wujud bayangan atau sekunder, dan merupakan cabang dari dasar wujud. Seluruh wujud dalam wujudnya itu selalu bergantung kepada zat muqaddas, yaitu al Hayyu al Qayyum (Yang Mahahidup dan Maha Berdiri sendiri). Seluruhnya adalah bayangan dan naungan dari wujud-Nya. Seorang Arif tidak mengatakan segala sesuatu adalah Allah, wujud segala sesuatu adalah ketiadaan, kekurangan, kefakiran, dan kebutuhan.
Muhammad Wahidi