Sayidah Fathimah as, Manifestasi Sifat Jalaliyyah (Keagungan) dan Jamaliyyah (Keindahan) Alloh Swt
Banyak keagungan yang dimiliki oleh Sayidah Fathimah as yang telah disebutkan dalam ayat maupun riwayat. Kian sering kita menelaah kehidupan beliau, maka kian tersingkap semua keagungannya. Berikut ini beberapa keagungan Sayidah Fathimah as yang akan kita kupas.
Sayidah Fathimah as, Manifestasi Sifat Jalaliyyah (Keagungan) dan Jamaliyyah (Keindahan) Alloh Swt
Nabi Muhamad saww dalam berbagai ungkapan telah memperkenalkan sosok Fathimah az-Zahra as. Namun, terdapat satu riwayat sahih yang sangat mengagumkan, telah menyebutkan putrinya sebagai jelmaan sifat jalaliyyah dan jamaliyyah Alloh Swt. Rasulullah saww bersabda, “Wahai Fathimah, sesungguhnya Alloh akan murka karena kemurkaanmu, dan akan ridho karena keridhoanmu.”[Mustadrak ash-Shahihain, jil 3, hal 153]
Dalam sudut pandang irfani, sifat-sifat Alloh Swt dapat diklasifikasikan pada sifat jalaliyyah (keagungan) dan jamaliyyah (keindahan). Marah atau murka merupakan salah satu bentuk pengejawantahan sifat jalaliyyah.Sedangkan ridho atau rela merupakan salah satu bentuk pengejawantahan sifat jamaliyyah.
Kemurkaan Fathimah az-Zahra as tolok ukur kemurkaan Alloh, dan keridhoan Fathimah az-Zahra as tolok ukur keridhoan Alloh. Karena beliau merupakan jelmaan dan manifestasi keagungan dan keindahan Alloh Swt, juga merupakan pengejawantahan (madzhar) asma dan sifat-sifat Alloh.Tidak ada seorang pun yang meragukan bahwa Alloh meridhoi Fathimah az-Zahra as, namun keridhoan Alloh Swt tergantung pada keridhoan Fathimah az-Zahra as itulah yang menunjukkan manifestasi puncak keagungannya, jelmaan sifat jamaliyyah Alloh Swt.
Hilir-Mudiknya Malaikat Jibril as kepada Fathimah az-Zahra as.
Al-Quran telah menyebutkan dua wanita yang pernah komunikasi dengan malaikat. Sarah, istri Nabi Ibrahim as yang tertawa saat seorang malaikat memberitahukan bahwa ia akan mempunyai anak, “Dan istrinya berdiri lalu ia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan setelah Ishak akan lahir ya’kub. Dan (istrinya) berkata, “Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan mrelahirkan anak padahal aku sudah tua dan suamiku sudah sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib.” Mereka (para malaikat) berkata, “Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? Itu adalah rahmat dan berkah Allah…”[1]
Juga, Maryam as yang telah berbicara dengan malaikat.[2] Meskipun, Maryam as sempat tidak mengenali malaikat, dan mengiranya laki-laki asing, “…Lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna. Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa. Dia berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu…”[3]
Dijelaskan dalam riwayat dari Imam Jakfar ash-Shadiq as bahwa pasca wafat Rasulullah saww, Malaikat Jibril as diperintahkan untuk mendatangi Fathimah az-Zahra as. Dalam jedah waktu tujuh puluh lima hari, Malaikat Jibril as berkali-kali mendatangi Fathimah az-Zahra as. Selain untuk memberikan ucapan bela sungkawa, dan memberikan kabar tentang kedudukan ayahandanya di sisi Alloh, juga membukakan rahasia-rahasia gaib kepadanya. Yaitu memberitahukan segala sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi hingga hari kiamat dengan juru tulisnya Imam Ali as. Kumpulan berita tersebut kemudian dinamai Mushaf Fathimah.[4]
Hilir-mudiknya Malaikat Jibril as pada Fathimah az-Zahra as sekian waktu adalah hal yang sulit difahami nalar. Dalam hal ini, Imam Khomaeni menyatakan bahwa dari teks riwayat menunjukkan berulang-ulang Malaikat Jibril Mendatangi Fathimah az-Zahra as. Padahal, Jibril al-Amin tidak pernah melakukan hal itu selain kepada para nabi agung yang berada pada level tertinggi. Para malaikat pun sebagaimana para nabi, memiliki level dan maqam yangberbeda-beda. Turunnya Jibril as pada Fathimah az-Zahra as bukan hal yang simpel. Jibril as malaikat yang paling agung dan tinggi kedudukannya di antara para malaikat. Karena itu, harus ada sinkhiyat atau kesesuaian yang sempurna antara kedudukan dan keagungan Jibril a.s. dengan yang didatanginya. Atau, adanya sinkhiyat dan kesesuaian antara ruh agung Malaikat Jibril as dengan ruh Fathimah az-Zahra as. Karena itu, ini merupakan keagungan tertinggi Fathimah az-Zahra as dibandingkan dengan keagungan dan keutamaan lainnya.
Kemiripan dengan Maryam as, Mendapatkan Hidangan dari Surga
Nabi Muhamad saww senantiasa bersyukur karena memiliki putri yang memiliki kemiripan dengan Maryam as yang menunjukkan keagungan dan kedudukannya sangat tinggi di sisi Allah Swt. Kemiripan itu ialah sama-sama mendapatkan hidangan dari surga. Pada suatu hari, saat Nabi Muhamad saww mengunjungi rumah Fathimah as, hari itu di rumah tak ada makanan sedikit pun. Imam Ali as pergi keluar untuk membeli bahan makanan dengan meminjam uang beberapa Dinar. Namun, dalam perjalanan ia bertemu dengan seorang yang tengah kelaparan, akhirnya beliau pun memberikan uang tersebut kepadanya dan kembali ke rumah dengan tangan kosong.
Di rumah, Sayidah Fathimah as tak tega melihat kedua putranya, Hasan dan Husein dalam keadaan kelaparan. Menyaksikan hal itu beliau pun bergegas mengambil air wudu dan mendirikan solat untuk memohon kepada Allah Swt dengan berdoa, “Ya Tuhanku, ini Muhamad nabi-Mu, dan ini Ali putra paman nabi-Mu. Tuhanku, turunkan hidangan atas kami dari langit sebagaimana telah Engkau turunkan atas Bani Israil.”[5]
Tiba-tiba muncullah hidangan yang aroma sedapnya memenuhi ruangan dalam rumah. Imam Ali as pun bertanya kepada Sayidah Fathimah as saat menyaksikan hal itu, “Dari mana datangannya hidangan sedap ini?”
“Ini berasal dari Allah Swt,” jawab Sayidah Fathimah as. Kemudian Nabi Muhamad saww bersabda, “Segala puji bagi Allah Swt yang telah menjadikanmu dan hidanganmu seperti Maryam putri Imron dan Zakaria as yang saat masuk ke mihrab Maryam as dan mendapati hidangan di sisinya, Zakaria as berkata, “Wahai Maryam dari manakah datangnya hidangan ini?” Maryam as menjawab, “Ini semua berasal dari sisi Allah Swt.”[6]
[Euis Daryati MA]
[1] QS Hud:71-73
[2] QS Ali-Imron:42-47 dan QS Maryam:17-21
[3] QS Maryam:17-19
[4] Kulaini, Al-Kafi, jl 1, hal 241
[5] Majlisi, Biharul Anwar, jil 43, hal 73
[6] Majlisi, Biharul Anwar, jil 35, hal 251