Transkrip Short Course Mahdawiyat ke 7
Imam ghaib, menciptakan harapan bagi para penantinya. Sangat berbeda Imam yang ghaib dengan Imam yang belum lahir. Imam yang Ghaib memberikan harapan bagi masyarakat, mereka lebih merasa tenang karena yakin Imam menjaga dan memperhatikan mereka. Itulah salah satu manfaat keghaiban Imam. Memiliki Imam yang hidup, memberikan makna lain dari penantian. Ketika Imamnya belum lahir atau tidak ada, penantian tidak ada artinya, karena hanya akan ada ‘saya sedang menunggu Imam lahir, lalu tumbuh dewasa, menjadi Imam, lalu qiyam.’ Berbeda dengan ‘saya punya Imam yang ada walaupun ghaib, sudah siap dan menunggu perintah Allah untuk qiyam, dan selalu menanti kedatangannya di tiap-tiap detik. Penantian Imam yang ghaib sangat berpengaruh pada perilaku kita, sebab kita akan lebih berhati-hati karena yakin Allah, Nabi dan Ahlul Bayt sedang melihat catatan amal kita.
Sebuah riwayat dari Imam Shodiq as, “Salah satu anakku akan terbunuh di tanah Khurasan, di sebuah kota bernama Thus. Barangsiapa yang menziarahi dan mempunyai makrifat pada haknya, maka di hari kiamat aku akan meraih tangannya dan kumasukkan ke surga, walaupun mereka pendosa besar.” Kemudian seseorang bertanya, ‘Apa itu makrifat pada haknya?’, Imam menjawab, “Mengatahui bahwa dialah Imam, Pengganti setelah Nabi, pemimpin umat, hidup dan menaatinya adalah wajib. Mengetahui bahwa ia menyaksikan (Syahid) seluruh perbuatan kita. Mengetahui bahwa kedudukannya tidak bisa diketahui (Gharib) oleh manusia, melainkan Allah, para Nabi dan Ahlul Bayt.” Di ziarah Jami’ah Kabirah, menjelaskan kira-kira 400 sifat Ahlul Bayt, agar kita lebih mengenal mereka.
Keghaiban Imam ada dua jenis ;
- Keghaiban jisim Imam,
- Ketika Imam tidak terlihat disebut keghaiban figur (ghaib syakhs)
- Saat Imam tidak dikenal disebut keghaiban kepribadian (ghaib syakhsiat)
- Keghaiban hakikatnya Imam, dan inilah yang terberat. Karena tersembunyi bagi seluruh alam semesta. Ketika zuhur nanti, hakikatnya Imam akan terungkap.
Apakah di periode keghaiban mungkin bertemu dengan Imam Zaman ajf? Ada beberapa bentuk pertemuan dengan Imam, terkadang melalui mimpi, terkadang di alam Mukasyifah (bukan mimpi, bukan juga dunia nyata) yakni ia melihat batinnya seseorang. Terkadang bertemu Imam di alam Mu’ayinah (dunia nyata yang sedang kita jalani), di alam ini pertemuan dengan Imam kemungkinannya sangatlah kecil. Karena Imam sedang ghaib Kubra, biasanya mereka yang pernah bertemu Imam di periode ghaib Kubra, ia tidak akan menceritakan semasa hidupnya. Kecuali di kesempatan tertentu, itupun tidak untuk sembarang orang. Seperti Ayatullah Bahjat, walaupun pernah bertemu Imam tetapi beliau tidak pernah meceritakannya secara mendetail. Namun, di alam mukasyifah, kemungkinannya besar. Bukan berarti melihat Imam di alam materi ini, hanya saja melalui kasyf (menyingkap tirai keghaiban tetapi bukan hakikatnya). Kasyf ini mungkin saja keliru, maka kasyf ini punya barometer sendiri.
Melihat Imam di alam mimpi kemungkinannya lebih besar lagi. Poin yang harus diperhatikan adalah, selama ghaib Kubra, tidak ada perwakilan secara langsung dari Imam. Jika ada yang mengaku bahwa dia wakil Imam, maka dia pembohong, walaupun dia punya mukjizat atau karomah. Imam Mahdi ajf, “Barangsiapa yang mengaku sebagai saksi (wakilnya Imam Zaman), sebelum kemunculan Sufyani dan panggilan langit, maka dia adalah pembohong terbesar yang sesat.”
Maka apa yang harus kita lakukan di keghaiban Kubra. Seperti yang sudah dijelaskan dalam hadits Imam Zaman ajf, merujuklah pada ahli fiqih, para marja’, wali faqih juga perawi hadits. Perawi hadits bukan hanya yang menukil hadits, tetapi juga yang mengenal dan menelaahnya secara baik dan benar. Imam Askari as berkata, “Dan mereka para Fuqaha (Ahli fiqih) adalah mereka yang membela dan menjaga agama, mereka adalah pemberani yang melawan musuh Islam. Mereka tahu musuh mereka. Maka wajib bagi manusia untuk mematuhi mereka.”
Banyak juga setan yang memberikan hal-hal semacam karomah kepada para pengikutnya. Lalu apakah mereka orang-orang saleh, tentu saja bukan. Banyak yang mengklaim dirinya adalah wakil dan perantara Imam Zaman. Padahal mereka hanya mengikuti bisikan setan. Malah bisa saja mereka tidak salat. Yang boleh diikuti adalah ahli faqih, perawi hadits, para marja; yakni mereka yang dikatakan oleh Imam dalam haditsnya.
Maka hubungan kita dengan Imam dapat terjalin melalui Nuwwab ‘Am nya. barangsiapa yang mengaku-ngaku, maka ia berbohong. Pembahasan selanjutnya, orang yang mengaku pernah bertemu dengan Imam terbagi menjadi 3 kelompok ;
- Mereka berkata pernah bertemu Imam, padahal itu hanya dusta belaka.
- Mereka yang bertemu di alam mukasyifah, ini ada kemungkinan bahwa pertemuannya tidak benar
- Mereka yang bertemu para sahabat Imam, bukan Imamnya.
Orang yang bisa bertemu dengan Imam Zaman sangatlah sedikit;
- Kelompok yang melihat Imam dan mengenalnya (sangat sedikit)
- Kelompok yang melihat Imam namun tidak mengenalnya
- Kelompok yang tidak melihat Imam tetapi hatinya mengenali. Ia sadar dan tahu Imam selalu di dekatnya.
- Kelompok yang tidak melihat dan juga tidak mengenali. Seperti kita.
Penantian adalah amalan terbaik dan merupakan amalan yang paling dicintai Allah swt. Di sisi lain, dosa terbesar adalah putus asa kepada Allah swt. Menanti berarti berharap pada masa depan. Keutamaan penantian sangatlah banyak. Bahkan menjadi barometer terkabulnya amal. Penantian, bukan hanya keinginan tetapi juga harus bergerak. Mereka yang hanya duduk diam menunggu zuhur Imam Zaman, bukan seorang penanti hakiki. Penantian adalah fitrah. Secara fitrah manusia menyukai masa depan cerah, pemerintahan yang mulia. Sebagian besar orang juga percaya pada datangnya juru selamat, tetapi sosoknya berbeda. Kebanyakan mereka ingin juru selamat datang agar memperbaiki urusan duniawi mereka, bukan ukhrawi. Juru selamat milik Yahudi misalnya, hanya mengurusi urusan materi. Berbeda dengan juru selamat Masihiyyat. Tentu berbeda juga dengan juru selamat Islam, yang juga diinginkan untuk menolong mereka dalam urusan akhirat. Karena yang hakiki adalah akhirat.
(Div. Perempuan Ikmal bekerjasama dengan bagian Short Course Jamiah al Musthafa mengadakan short course Mahdawiyat)