Ikatan Alumni Jamiah Al-Mustafa Menggelar Seminar bertema “kesadaran Geopolitik dan Peran Alumni dalam Menghadapi Tantangan Global Era Disrupsi”
Ikatan Alumni Jamiah Al-Mustafa mengelar Kongres VII dan Seminar Nasional bertema “kesadaran Geopolitik dan Peran Alumni dalam Menghadapi Tantangan Global Era Disrupsi”. Seminar ini merupakan rangkaian kegiatan kongres VII IKMAL.
Seminar ini diisi oleh 3 narasumber, keynote speaker Prof. DR. Hossein Mottaghi, Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LL.M., Ph.D dan Musa Kadzim, M.Si
Prof. DR. Mottaghi memaparkan dalam pendahuluannya : “Sejak tahun 2011-2016, sejak awal tragedi yang terjadi di Suriah, lebih dari 120 faksi besar atau kecil terlibat dalam konflik itu, dan lebih dari 300 teroris dari berbagai negara berkumpul di Suriah. Sejak tahun 2016 Presiden Amerika, Obama, dan PM Inggris serta Erdogan berkesimpulan dengan cara apapun dan harga apapun harus ditumbangkan, begitu juga tentu Prancis dan Zionis terlibat dalam usaha ini.
Namun di sisi lain poros perlawanan selalu berusaha mengagalkan usaha tersebut, dalam catatan bukan dalam rangka menyelamatkan Bashar Asad, tapi untuk menyelamatkan poros perlawanan. Hingga 2017 dengan usaha keras perjuangan Qaseem Sulaemani, negara-negara itu tidak bisa menumbangkan Bashar Assad. Pada 2017 di Kazakstan dilaksanakan konferensi dalam rangka untuk merealisaikan perdamaian di suriah.
Masyarakat muslim Indonesia bermazhab Syafii tidak bisa dipisahkan dari penduduk muslim dunia termasuk Suriah, pasti ada hubungan erat dan saling mempengaruhi kaum muslimin Suriah dan Indonesia, dan ungkapan yang sangat indah yang sangat kuat Ketika disampaikan Imam Khamenei bahwa akan muncul perlawanan masyarakat Suriah.
Peran yang seharusnya dilakukan para Alumni Jamiah Al-Mustafa adalah sebagai bagian dari kompenen masyarakat yang berada dalam kelompok akademik,
- Melawan berbagai pemikiran ekstrim yang ada di Indonesia, dibangun di atas pijakan kuat Islam moderat.
- Tetap berpegang teguh dan menanamkan persatuan Islam, melawan pemikiran intoleransi
- Menyebarluaskan pemahaman di Tengah Masyarakat
- Memberikan penyadaran pada masyarakat umum, sejarah diktator dunia, mereka menjadi diktator karena disebabkan kebodohan masyarakatnya.
- Penyadaran terhadap masyarakat itu dimulai dari rumah kita, anak-anak, itu menjadi modal agar tidak tumbuh pemikiran Jolani-Jolani yang lain.
- Kita perlu masing-masing, menjadi pioneer pemikiran, jangan pernah merasa cukup dengan komunitas kecil, tapi harus menembus komunitas yang lebih luas.
Sedangkan Prof. Dr. Hikmahanto menyampaikan dalam pemaparannya “ Untuk memahami geopoltik, kita harus paham setiap kelompok atau negara punya kepentingan, pasti punya kepentingan. Kepentingan bagi negara masing-masing, national interest, tantangannya adalah mengelola agar kepentingan itu tidak menjadi penyebab kekacauan, kalau kepentingan itu dilepaskan dan diserahkan pada masig-masing pihak maka akan terjadi kekacauan. Di dunia hukum, pengadilan dua pihak bertemu, maka pihak-pihak akan menyatakan saya benar, jaksa ketika menuntut orang bersalah, pengacara pasti bilang kliennya tidak bersalah.
Untuk membangun kesadaraan geopolitik kita harus paham bahwa negara adalah sesuatu yang abstrak, negara baru bisa dipersonafikasi ketika kita tahu siapa yang mau memimpin dan menjabat, kita tidak bisa mengatakan akan seperti ini atau seperti itu selama jadi tergantung siapa yang memimpin. Pemerintahan bisa berubah. Kalau di Amerika tidak mungkin berkoalisi dengan partai demokrat. Kita tidak bisa mengeneralisir, pasti akan ada perbedaan. Sekarang kita lihat Suriah, tentu akan ada perbedaan, Bashar Asad yang dulu dan yang sekarang.
Dalam hukum internasional tidak memiliki hakim, tidak seperti pengadilan, tidak ada jaksanya, dalam hukum intrenasional yang berlaku adalah hukum rimba. Kita tidak berpihak pada siapapun, kita hanya berpihak pada kemanusiaan.
Narasumber kedua Musa Kazhim M.Si. mengatakan :” Apa yang terjadi 3 tahun ini di timur tengah ini merupakan rentetan pukulan bagi poris perlawanan, syahidnya beliau adalah big loss 2020. Kerugian kedua, 7 oktober Hamas melakukan aksi yang luar biasa sebagai akumulasi dari rencana, agar masyarakat melupakan isu Palestina dalam perjanjian abad ini yang dilakukan dengan Trump. Hal itu disadari oleh Hamas, aksi 2023 itu adalah aksi yang direncanakan secara dramatis agar umat bangkit, dan menyebabkan isu Palestina kembali dibahas. Dalam perjalanannya ada berbagai hal terjadi,
- Waftanya Presiden Raisi
- Pembunuhan Islamil Haniya di Tehran, sebgai undangan resmi yang konon dikatakan aman.
- Syahidnya sejumlah pimpinan milter Hizbullah, kesyahidan SHN menyebabkan orang seperti Bashar Asad kabur. Karena munculnya banyak berita terkait lemahnya Iran.