Gaya Hidup Mewah Menurut Islam
Oleh: As Djatu
Kemewahan tidak selamanya mendatangkan ketentraman, munkin itulah potongan kata-kata kaum marhaenisme (tanpa ada niat untuk menistakan proklamator RI). Namun kenyataan memang sebenarnya mendukung teori kaum lemah tersebut. Lebih dalam, wacana-wacana sosial kemasyarakatan juga menitik beratkan pada kesederhanaan dalam kehidupan bukan kemewahan, tentunya perlu kita pilah dan pilih antara kaya dan hidup sederhana. Sebagai penganut Islam yang jujur terhadap diri sendiri (minimal), semua kita butuh kekayaan, dan agama tidak pernah melarang untuk menjadi kaya. Intinya adalah kesederhanaan dalam kekayaan.
Belakangan kita sedang dihebohkan dengan kunjungan bersejarah raja Salman ke tanah air kita tercinta. Konon (katanya) beliau melakukan bon voyage nya bersama dengan hampir 400 ton bagasi, harga reservasi hotel juga lebih dari satu tahun gaji karyawan-karyawan yang selevel saya, tukang masak pribadi..dll. kita tidak sedang mengusut pendanaan beliau, toh … itu malah menguntungkan Negara kita tercinta, malahan di kabarkan kunjungan beliau tersebut mampu meransang kunjungan wisatawan timur tengah ke Indonesia (Alhamdulillah).
Masalahnya adalah, apakah peradaban yang Islami mengijinkan kita untuk terjun bebas secara moral ke jurang kemewahan seperti ini?
Kapasitas saya untuk bisa menjawab pertanyaan di atas tersebut masih sangat-sangat jauh. Saya akan lansung mengarahkan pertanyaan itu ke pemilik jagad raya ini;
يا بَني آدَمَ خُذُوا زينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَ كُلُوا وَ اشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفينَ
Hai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. QS: Al-A’raf:31
وَ اقْصِدْ في مَشْيِكَ وَ اغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْواتِ لَصَوْتُ الْحَميرِ
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. QS:Lukman.19
Untuk lebih jelasnya, munkin kita bisa lansung merujuk ke kehidupan baginda Rasulullah saw.
Terlepas dari semua hal tersebut di atas, kemewahan dan luxurious itu sebenarnya sah-saha saja, sepanjang bersumber dari kekayaan yang didapat secara halal tentunya. Namun, secara sosial kemasyarakatan sebenarnya gaya hidup mencerminkan kepribadian seseorang, semakin dalam seseorang tersebut tenggelam dalam kemewahan semakin jauh pula dia dari lingkungan kemasyarakatan, yang pada gilirannya akan menimbulkan sebuah kesenjangan dan kepincangan sosial di tengah komunitas masyarakt itu sendiri.
Lantas bagaimana jika gaya hidup tersebut ditunjunkan oleh seorang pemimpin?
So pasti, bisa kita simpulkan; pemimpin tersebut tidak memasyarakat, dan yang jelas terdapat sebuah gap dan jurang pemisah antara sang pemimpin dan masyarakat sang-yang dipimpin. Terus, idealkah sang pemimpin tersebut untuk memimpin? …pertanyaan yang kadang lebih baik kita lewati sambil tersenyum, sebab; bukan lagi rahasia, bahwa banyak di antara kita yang masih saja menyanjung dan mem-figurkan sosok-sosok yang jelas-jelas melanggar kode etik profesionalisme kepemimpinan, baik itu dari sudut pandang konvensional dan etika profesionalisme ketatanegaraan secara umum, apalagi kalau dikaitkan dengan ajaran agama, sangat nyata sekali kepincangan yang coba dipaksakan oleh sebagian para fans semu sang pemimpin yang tidak berhak di sebut pemimpin tersebut?
Dalam konteks ke Indonesiaan, sudah semestinya kita mencoba mencari sosok dan tokoh marhaenism, yang kaya spiritual dan intelektual, juga teguh membela kaum marhaen yang dia pimpin tersebut, memang makhluk yang satu ini terasa semakin langka, dan malah munkin sangat langka, namun bukan berarti tidak ada.
Katanya, republik ini adalah salah satu Negara terkaya di dunia dari sektor sumber daya manusia dan bahkan sumber daya alam, tapi kok aneh ya? untuk mencari seorang figur ideal yang pantas disebut “pemimpin” tidak mudah.
Iya sih, kita bisa aja ngeles, toh kita tercinta sudah mengantongi tujuh nama sebagai punggawa bangsa ini, apakah mereka bukan pemimpin yang ideal? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita telaah dan renungkan!
Semoga akan datang suatu masa di mana keadilan dijunjung tinggi para penguasa! keadilan juga dapat dirasakan kehadiran nya oleh kaum lemah!
Oh, keadilan di manakah gerangan rimbamu?