Membumikan Tawakal Sebagai Solusi Mengatasi Beragam Permasalahan
Tawakal dalam kehidupan sehari-hari manusia pada umumnya
Manusia dengan semakin kompleknya kehidupan semakin beragam juga permasalahan yang dihadapi, dalam menyelesaikan masalah pun tidak selalu sendiri, dalam beberapa kasus manusia menyewa seorang pengacara, orang yang bertindak sebagai wakilnya, mewakilinya berbicara dalam membela diri atau dalam menuntut pihak lain. Ini dilakukan karena mereka tidak mampu dan memiliki banyak keterbatasan, keterbatasan dari sisi ilmu maupun keterbatasan dari sisi kemampuan.
Right man on right job
Manusia meyakini bahwa masing-masing orang memilili spesialisasi, dan karena alasan inilah manusia dengan berbagai keterbatasannya, mereka sering kali meminta bantuan orang lain. Meminta tolong kepada orang yang ahli dibidangnya. Ketika sakit manusia berbondong-bondong ke rumah sakit, puskesmas, pusat-pusat kesehatan dan semacamnya. Ini karena mereka tidak memiliki ilmu dibidang kesehatan. Ingin membuat banner pergi ke designer banner, ingin memotong rambut pergi ke salon, ingin tahu masalah fikih pergi bertanya kepada seorang marja.
Bertawakal sepenuh hati kepada manusia sama dengan kecewa
Pada saat kita pergi dan meminta tolong kepada orang-orang yang kita nilai ahli dibidangnya sebenarnya kita sedang bertawakal kepada mereka. Ada yang mungkin tidak kita sadari yakni bahwa orang-orang ini semuanya memiliki kemampuan terbatas, keilmuan yang terbatas, jangkauannya juga terbatas. Jadi apa yang kita harapkan bisa jadi tidak akan menjadi nyata, tapi yang kita kahwatirkan yang terjadi. Kenapa sering kita temukan orang yang memesan sesuatu menjadi sangat marah besar ketika pesanannya tidak sesuai yang dipesan, memprotes ketika pesanan tidak sesuai deadline, marah besar ini dikarenakan dia terlalu percaya kepada orang ahli dibidangnya, kadang sampai lupa bahwa human eror juga memiliki pengaruh, tools eror juga mungkin terjadi. Ketika mereka secara utuh meyakini hal ini, dia tidak akan menjadi stress pada saat pesanan tidak sesuai yang diinginkan atau berbagai eror yang sering muncul dalam kehidupan, baik yang sederhana maupun yang kompleks.
Rasa dan keinginan bertawakal itu hal fitrah yang umum dimiliki masing-masing manusia
Keinginan bertawakal adalah keinginan yang fitri, keinginan yang harus ditemukan dengan pasangannya, selama manusia hidup dia senantiasa mencoba-coba, mencari kemana keinginan bertawakal itu harus dilabuhkan. Siapa yang paling berhak dan akan memberikan respon paling tepat terhadap keinginan bertawakal dari masing-masing manusia ini. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah swt kepada hambaNya. Bekal-bekal yang sejak awal mula dimiliki manusia untuk kemudian menjadi modal bertemu dengan kesempurnaan kehambaan.
Ketika bertawakal kepada manusia ada hal-hal yang kadang tidak disadari, pada saat menolong mereka juga tidak menolong dengan penuh cinta tidak melakukan sepenuh hati, takaran yang dipakai adalah menolong dengan alasan imbalan yang kita berikan, hal ini jelas kita lihat ketika kalangan menengah kebawah pergi kerumah sakit dan biaya administrasi belum dibayarkan maka pasien akan ditelantarkan. Perawatan dilakukan hanya ketika ada uang. Apakah pasien akan semakin menderita, semakin parah sakitnya, atau bahkan sampai meninggal itu tidak menjadi perhatian penting. Sampai-sampai muncul meme “orang miskin dilarang sakit”. Cukup tragis karena yang sering menderita sakit adalah orang miskin, baik karena kurang gizi, kurang makan atau karena tidak mampu memenuhi kebutuhan primer hidup sebagaimana selayaknya manusia yang lain.
Akibat meletakkan tawakal tidak pada yang berhak
Kejadian-kejadian dalam kehidupan membuat manusia memiliki opini bahwa, jika mereka memiliki posisi yang kredibel, memiliki harta yang berlimpah maka semua masalah akan terselesaikan mereka bertawakal pada hal-hal ini. Inilah sebagian kecil alasan mengapa ada beberapa orang yang berlomba-lomba berebut kekuasaan, orang tipe ini pasti akan menyalahgunakan kekuasaaan yang diamanatkan kepadanya. Padahal banyak orang yang memiliki kekuasaan tiba-tiba dia diturunkan ditengah jalan, ada sebagian orang yang sangat rakus mencari harta bahkan juga bersikap pelit terhadap diri sendiri, orang ini memiliki harta melimpah namun akhirnya sengsara selalu dikejar-kejar kekhawatiran takut hartanya akan dibawa lari orang. Meletakkan tawakal secara salah hasilnya adalah ketidaktentraman dan kesengsaraan. Seperti inilah bentuk tawakal ketika kita persembahkan kepada manusia.
Kesimpulannya bertawakal yang benar dan tepat adalah bertawakal kepada Allah swt, sebab Allah SWT-lah yang ilmunya tidak terbatas, kemampuannya tidak terbatas, tidak akan kecewa siapapun yang berharap dan bertawakal kepadaNya. Dialah yang paling mengetahui manusia lebih dari manusia itu sendiri.
Bertawakal kepada Allah swt yang benar
Ciri tawakal kepada Allah swt yang Pertama adalah tidak mengharap kecuali dari Allah swt dan tidak khawatir atas bahaya dari makhlukNya. Kedua semua kejadian yang ada dalam kehidupan adalah hal-hal yang sebenarnya ada tujuan, ada hikmah dibaliknya, jadi kejadian apapun baik itu kejadian yang menurut kita positif atau negatif semuanya pasti ada hikmahnya, disini hati kita akan menjadi tenang. Ketiga bertawakal adalah selalu selalu optimis, selalu memiliki harapan tidak pernah berputus asa dari RahmatNya.
Sebagian isi disarikan dari ceramah Dr Hakim Ilahi